Rumah


Tempat segala hangat menjadi lekat. Tempat ketika hujan, kaki merebah di atas dipan.

Rumah tentu saja tempat yang nyaman untuk kembali. Bersama keluarga, segala memori masa kecil, proses sejarah berlangsung, tempat rindu pada dapur dan segala yang diproduksi di sana.
Rumah bukanlah bangunan. Rumah bukanlah genting yang tersusun rapi, bukan pula tembok kokoh yang tak bisa roboh. Rumah bagi saya, tidak lain, adalah segala akar dari awal. Pertama kali hidup sebagai manusia, lalu tumbuh menjadi dewasa. Tempat ketika pusaran kontaminasi belum menyentuh sendi-sendi jiwa. Tempat ketika ajaran sederhana didermakan.

Saat manusia itu mengembara ke luar, kesederhanaan yang berakar pada rumah, terancam oleh pusaran kontaminasi. Mengikis segala keluguan yang berawal dari rumah. Tertempel aksesori, kepalsuan kefanaan, dan gimmick. Muncul pertanyaan tentang kemurnian yang tak lagi berbau rumah. Meski, rumah pun bukanlah sesuatu kemurnian itu sendiri.


Bagi saya, itulah pentingnya pulang, ke rumah. Agar tak lupa pada akar, kesederhanaan, dan keluguan yang dideraskan rumah, sebelum kelana nun jauh ber kilometer terbentang di seberang.

Komentar

Postingan Populer