Persona Gerak dan Kemasan Teknis 1917






Pada 2015, Birdman milik Alejandro Gonzales Inarritu memenangkan Oscars untuk kategori
film terbaik, sutradara terbaik, dan sinematografi terbaik oleh Emmanuel Lubezki. 1917,
setidaknya memiliki pendekatan eksplorasi teknis serupa Birdman, dengan kemasan berbeda.

Sam Mendes menaruh visi one continuous shot (long take) ke dalam film drama perang pertama
dunia, 1917. Dengan desain ini, ia membawa penonton ke dalam suasana dua prajurit Inggris yang
menyusuri parit, atau berkubang di lubang kolam. Kamera sesekali memperlihatkan apa yang dilihat
dua kopral Blake (Dean Charles Chapman) dan Schofield (George MacKay). Namun, terkadang juga
bertindak seperti karakter yang berada di dekat keduanya. Penggunaan teknik ini tentu bukan sesuatu
yang baru. Sepanjang perjalanan dunia film, beberapa film juga memanfaatkan teknik yang seolah
mereduksi penyuntingan ini. Touch of Evil-nya Orson Welles, Goodfellas-nya Scorsese, Children of Men
oleh Alfonso Cuaron, dan terdekat ada Birdman (2014), dan sinema asal Jepang One Cut of The Dead.



Birdman, film yang berlatar pada hari-hari di balik layar dan pentas broadway, Inarritu memanfaatkan
‘ilusi’ one take-nya dengan gambar transisi yang beberapa kali diarahkan ke tembok. Birdman dan
1917, bisa ditempelkan ke dalam kesamaan eksplorasi yang serupa, dengan kemasan berbeda.
Kamera Lubezki dalam Birdman menyorot Riggan (Michael Keaton) menyusuri tiap lorong di belakang
panggung broadway, juga karakter lain. Menghasilkan efek visual yang memikat dari fluiditas pergerakan
karakter. Sementara, Roger Deakins, yang juga bekerja sama dengan Mendes di Skyfall, membawa
penonton 1917 secara perlahan dari yang hanya berfokus pada Blake dan Schofield, lalu melebar pada
dunia tempat mereka berada. Pergerakan dimulai dari Blake dan Schofield, lalu mengarah semakin
membuka ruang layar pada situasi di sekitarnya. Dengan fokus tetap bertumpu pada yang ada di dalam
frame. 


Secara desain, pada adegan pembuka hingga Blake dan Schofield masuk parit, bisa juga ditempelkan
pada desain pembuka Son of Saul (Laszio Nemes). Meski, secara kemasan sangat berbeda,
termasuk aspek rasio, dan materi yang digunakan. Sinematografer Matyas Erdely, menaruh kamera
dengan posisi diam dan gambar blur pada awal. Dari kejauhan, aktor utama Saul (Geza Rohrig)
yang terlihat blur itu perlahan mendekati kamera. Kamera lalu beralih dengan handheld, mengikuti
pergerakan Saul. Dari pergerakan Saul, Nemes (yang pernah menjadi asisten Bella Tarr) mengungkap
dunia tempat Saul berada. Meski dengan latar karakter yang blur. Juga dengan sudut pengambilan
close up. Dengan pergerakan Blake dan Schofield, Mendes juga perlahan memperlihatkan jagat tempat
kedua karakter berada.

Dalam 1917, ‘ilusi’ one take ini juga bisa terdeteksi pada momentum transisi penyuntingan gambar
seperti saat Blake dan Schofield merayap di kubangan kolam. Lalu kamera bergerak ke gundukan
tanah. Sebagai film yang diintensikan dengan long shot-nya, jahitan penyuntingan 1917 tidaklah
begitu mengganggu fluiditas keberlangsungan alur. Mendes, dengan eksplorasinya lewat teknik ini
justru menyuguhkan keindahan pergerakan. Seperti yang tersirat sepanjang durasi 19:30 menit Reel-
Unreelnya Francis Alys. Reel-Unreel memperlihatkan visual bocah-bocah Kabul, Afghanistan,
menggelindingkan kumparan seluloid film. Alys mengikuti pergerakan mereka untuk mengungkap yang
tengah terjadi. Begitu pula Mendes, ia berfokus pada peristiwa-peristiwa yang ada di dalam frame.
Sebab itu, fokusnya ialah pada pergerakan dari kedua karakter, yang menggulirkan pergerakan
satu alur. Untuk menguak berbagai peristiwa lain yang terjadi, dalam waktu berbeda.

Personal dan Resonansi Global

1917 memiliki plot yang sederhana. Dua prajurit Inggris ditugaskan untuk mengantar pesan ke baris
terdepan perang. Mereka harus menyampaikan pesan tersebut agar angkatan perang Inggris terhindar
dari kekalahan telak atas jebakan Jerman dalam PD I. Blake, ditunjuk sebagai kurir lantaran ia punya
kakak yang bertugas di garis depan perang. Blake pun memilih Schofield untuk menemani. Keduanya,
hanya punya waktu semalam untuk mengantar surat. Dan harus melewati bekas kamp tentara Jerman,
selain juga risiko terlihat tentara Jerman di tengah perjalanan.

Cerita ini terinspirasi dari kisah kakek Mendes, Alfred H. Mendes yang ikut serta dalam PD I. Tribut itu
juga disematkan pada akhir film yang mencantumkan nama Alfred Mendes. Dengan demikian, 1917
juga punya intensi personal Mendes. Ditampilkan dengan sekup dunia perang yang lebih mikro.
Berfokus pada dua karakter. Sehingga, ini juga membatasi gambaran secara makro situasi PD pada
saat itu. 

Dalam Screen Actors Guild (SAG) Awards 2020, 1917 tidak masuk dalam nominasi untuk para aktor
utama baik ansambelnya. Mendes tampaknya berfokus pada kemasan teknis dibanding harus
memberi porsi dominan pada penampilan keaktoran untuk pemain. Meski, MacKay tampil tidak
mengecewakan. Aktor-aktor seperti Colin Firth (The King’s Speech), Benedict Cumberbatch
(The Imitation Game, Dr. Strange-Marvel) yang memerankan para petinggi angkatan, hanya
ditampilkan dalam tidak lebih dari lima scene.

Satu-satunya lagu yang nyaring dan efektif; The Wayfaring Stranger. Menjadi soundtrack yang sedari
sayup-sayup lalu semakin bulat. Lagu ini, menjadi salah satu unsur diagetic yang menguatkan motif
aural 1917. The Wayfaring Stranger, dihadirkan pada momentum hening dan ironi, dinyanyikan oleh
seorang prajurit dengan pengadeganan para prajurit lainnya duduk melingkar. Mengisi scoring ketika
karakter yang kita ikuti sejak awal tengah berada di ambang putus asa.

Berbicara konteks saat ini, tentu 1917 selain juga bersinggungan dengan isu Amerika-Iran yang
memanas, ialah posisi Inggris dalam Uni Eropa. Pemicu PD I, mungkin saja lebih kompleks dari
sekadar pembunuhan Franz Ferdinand. Serupa pemicu-pemicu yang bertebaran pada sekitar
sentimen Amerika-Iran saat ini dan munculnya dengungan perang. Dalam konteks Inggris, yang
melepaskan diri dari Uni Eropa, menjadi kontradiksi dengan visi yang disajikan Mendes dalam layar.
Seperti hubungan yang diperlihatkan antara pasukan Inggris dan warga Perancis, termasuk wilayah
Perancis yang menjadi markas dan benteng pertempuran Inggris menghadang Jerman.

*Kredit foto: IMDb

Komentar

Postingan Populer