KAFEIN, NIKOTIN, DAN NASI : Sebuah realita dalam bayangan senjakala manusia
Hem..
perempuan. Ya. Subjek utama tulisan ini. Bagaimana tidak, perempuan selalu
menyita perhatian. Dengan pulas menor pada wajahnya, gincu yang menyala, pipi
yang kemerah-merahan, dan bulu alis yang lentik. Dengan tubuh moleknya, dan
segala kemayunya, bahkan dengan kesederhanaan, kenaturalan, dan ketidak
apa-apaannya pun, mereka, tetap, selalu, menyita perhatian. Ah, sungguh..
Aku
mengibaratkan, mereka itu seperti kafein. Selalu. Meski tak semuanya. Beberapa
saja. Mendebarkan jantung, berdegub kencang. Seperti minum kopi dipagi hari,
dan belum makan apa pun. Maka begitulah, perempuan, yang mengandung kafein. Setiap
kumemandang, atau bertemu, seakan debar jantung bertambah kencang. Akan bertambah
lagi, ketika hendak kuajak bicara. Maka, lebih seringnya, kudapat kafein yang
anti-klimaks, tanpa debaran yang maha. Paling, hanya sesekali, kumerasakan
seperti itu, dan, pada akhirnya akan begitu terasa pukulannya di lambung. Lalu,
segera kutelan ludah banyak-banyak.
Kafein,
memang bikin melek. Pengusir kantuk. Pencerah mata. Hanya saja, kafein memang
berbahaya. Resikonya adalah, ketika kubanyak mereguk kafein, maka mungkin nanti
kuakan menderita sakit. Jadi, apakah lebih baiknya, kujauhi segala bentuk
kafein? Kujawab mantab: kurasa tidak! Jadi, kafein siapa, yang sedia kupinta,
untuk kuseruput? Karena ternyata banyak mawar yang sedang berkembang, punya
kadar masing-masing, dalam mendebarkan jantung lelaki.
Mereka
juga tak ubahnya seperti nikotin. Mereka adalah candu yang selalu merasuk
kalbu, menggebu! Mengakibatkan kenaifan, kedunguan, dan kikuk pada lelaki. Mempengaruhi
akal sehat, sehingga banyak lelaki yang sudah tersengat kadar nikotin
perempuan, bertingkah di luar akal sehat. Mengorientasikan segalanya pada
perempuan mereka. Yang dipuja, diagungkan, dimahakan.
Sama
halnya dengan kafein, nikotin juga banyak dikandung perempuan. Selalu. Meski tak
semua. Beberapa saja. Bikin giting. Menggembirakan, melemaskan, dan sejuta
euforia atas nikotin perempuan. Sungguh, lelaki bisa terengah-engah akibat
terkena kadar nikotin mereka. Lalu, siapa, yang lebih banyak mengandung
nikotin? Yang bisa bikin nagih, nagih untuk dilihat, nagih untuk diajak
ngobrol, nagih untuk memandang, dan nagih, untuk bertemu. Bahaya memang, para
mawar mekar!
Maka,
belum lama kujumpai, perempuan dengan kandungan dua unsur ini. Hanya saja, kusebut
ia embun-kafein. Ya, mengapa embun, karena ia menyejukkan, menentramkan, namun
selalu membuat jantung berdebar, dan darah mengalir cepat. Ia bisa
menghilangkan sayu, akibat ia juga mengandung nikotin, yang menciptakan
euforia. Akan tetapi, apapun dia, ia adalah kafein. Yang kembali meletupkan
sayuku, akibat masih sekadar sayup. Yang hanya masih sekadar mendebarkan. Dan,
menggembirakan : nikotin (euforia).
Namun
kupikir, ada yang lebih berbahaya dari perempuan jenis ini. Perempuan yang tak
mengandung kafein dan nikotin mungkin. Mereka adalah perempuan dalam golongan
nasi. Ya, mereka terlihat common sense. Namun sebenarnya, mereka memiliki kadar
gula tinggi : manis, sangat! Terlihatnya memang aman, namun, kalau dikonsumsi
secara jumlah besar, akan membahayakan lebih dari sekadar bahaya kafein dan
nikotin. Diabet! Karena terlalu manis, maka efeknya adalah resiko terkena
diabet lebih besar. Maka, kutak pernah meremehkan perempuan kaum nasi. Meski mereka
adalah common sense, sebenarnya mereka adalah pelumpuh yang nyata. Setelah kumasuk
dalam perangkap lengket serta hangat kepulan asap panas, maka, segera saja
kunyaman untuk mengunyah sari-sari gula perempuan golongan nasi.
Yang
membahayakan, jika nasi itu, mengandung kafein dan nikotin, maka pengaruhnya
kuat sekali, sampai-sampai melumpuhkan pikiran, melupakan hari apakah yang
sedang berlangsung.
Ah,
dasar, nasi! Kini kau mengusikku.
Komentar
Posting Komentar
Bercuap ya..