NEMU IPHONE
Apa yang bakal kamu lakukan, kalau
di depan matamu, ada permata yang terkulai untuk dipungut?
Banyak jawaban. Semua tergantung
dari pengalaman yang didapatkan kalian. Belum lama ini, saya nemu Iphone. Wah,
rezeki ya! Kejadian ini ketika saya baru saja menonton film Prenjak garapan mas
Wregas Bhanuteja, di IFI Thamrin, Jakarta Pusat (9/6).
Ketika itu, seusai pemutaran, saya
dan seorang teman, Tio, maju ke depan, untuk menghampiri sang sutradara yang
juga hadir. Namun, karena dia sedang melayani ngobrol beberapa orang yang juga
menghampirinya, kami berdua bersabar menunggu, dan sedikit berjarak.
Ketika sedang menunggu itulah, mata
elang saya secara tidak sengaja tertuju pada bawah bangku, depan stage. Di situlah, permata itu terkulai,
minta untuk dipungut. Saya dan Tio, yang menunggu untuk wawancara, akhirnya
keluar ruang pemutaran, seiring keluarnya mas Wregas. Kemudian, kami pun
meawancarainya di luar ruang pemutaran, namun masih di dalam gedung IFI.
Lalu, ke mana perginya Iphone yang
saya temukan tadi? Tenang. Sejauh ditangan saya, belum sampai di pasar jongkok.
Spontan, saya menyerahkan Iphone yang kinyis-kinyis
itu, ke panitia pemutaran film Prenjak, panitia bagian registrasi.
Singkat. Cepat, dan tidak bertele-tele.
Baik laporan saya, maupun respons mbak-mbak bagian registrasi itu. “Mbak, saya
nemu ini nih, di sekitaran bangku deret depan.”
Wah! Begok! Kamu ya, Jek! Itu Iphone lo. Bukan Sega wungkus! Iya, mungkin sebagian respons adalah kedunguan saya
yang menyerahkan begitu saja. Namun, saya berpikir, panitialah yang berwenang
dalam acara itu.
***
Oh ya, sekadar catatan pribadi. Saya
juga pernah, kehilangan ponsel. Meski bukan Iphone. Ketika itu, ponsel saya
usianya belum genap satu semester. Tentu masih kinyis-kinyisnya. Jatuh di angkot, sewaktu saya pulang kuliah. Baru
sadar ketika turun, ternyata ponsel sudah nyelonong dari saku celana. Seketika itu,
saya lari, ngejar angkot. Saya pikir, di situ saya adalah Joni, dalam film
Janji Joni, yang ngejar tas berisi roll filmnya yang dicopet. Berkat keuletannya
pun, roll film berhasil kembali didapatkan.
Namun, saya bukan Joni. Saya Jek. Fathurrozak.
Saya berusaha seulet Joni, dalam mengejar ponsel saya itu. Pertama, saya terus
berlari, yang disambut dengan tetes-tetes air dari langit, yang mulai ramai berjatuhan.
Ada banyak orang yang sedang pakai mantel di tepi jalan. Saya minta tolong
mereka, untuk membantu saya ngejar angkot. Jawabannya sama, tidak.
Akhirnya, hujan turun. Saya memutuskan
naik angkot lagi, mengejar angkot yang di depan, yang kemungkinan, ponsel saya
masih terkulai di sana. Di dalam, saya minta tolong ke penumpang lain, untuk
menghubungi nomor saya, dan masih aktif, namun tak tidak ada jawaban.
Singkat cerita, saya berganti ojek,
untuk mengejar angkot itu. Sampailah di pangkalan angkot. Saya masih membiarkan
nyala harapan, meski kecil. Akhirnya harapan itu padam, ketika saya mencoba
menelusuri ponsel saya, dengan mengidentifikasi ciri-ciri angkot yang saya
tumpangi, dan abang sopir yang mengendarai. Kebetulan, saya waktu itu duduk di
belakang sopir, jadi hapal ciri-cirinya. Tidak ketemu, baik sopir, apa lagi
ponsel saya!
***
Lalu, kenapa saya memutuskan
memberikan Iphone, yang menjadi tanda kemakmuran, yang saya temukan itu, kepada
mbak-mbak bagian registrasi? Saya hanya ingin, memperpanjang nyala harapan pemilik
Iphone yang kehilangan itu.
Mungkin kalau yang kehilangan iphone membaca ini. Mungkin ya, kemakmuran kamu akan diperpanjang langsung, bahkan diperlebar.
BalasHapusKeren!
Amin.. Haha..
BalasHapus