Kerinduan, Kegamangan, dan Harapan Dalam Doa
Senin, 9 Desember 2013
22:53
Terkadang aku
bingung, kenapa nuraniku seperti tidak menyatu dengan kota ini. Kota yang sudah
aku tiduri sejak 27 Mei 2013, hingga detik ini, 9 Desember 2013, jika dihitung
sudah setengah tahun ternyata. Tapi, sepertinya hati dan tubuh ini belum
menyatu dengan aura ibukota. Aku merasa, batin dan pikiran lebih teronta.
Bahkan ritual ketuhanan pun mulai mereda. Tak sederas pada masa sebelumnya,
ketika merenda pundi-pundi pahala di masa SMA.
Semenjak di
sini pula, sepertinya aku juga sudah banyak menguras harta orangtua. Padahal
dapat beasiswa, tapi sama saja, bapak ibu harus menggebu untuk menghidupi
anaknya, yang belum tentu bisa menghidupinya kembali.
Rindu pada
teman SMA pun jangan ditanya. Setiap hari membara, membabi buta. Aku teringat
ketika banyak waktu bersama. Tidur, mandi, makan, dihukum pun bersama. Kalau
dalam fase hidupku masa SMA ada dua kali, maka aku akan kembali masuk SMA yang
sama. Dengan nama, tempat, satpam, gedung, pemilik, kepala, guru, dan teman
yang sudah menjadi keluarga, sama, utuh, tak ada yang beda. Oh Tuhan.. sungguh
aku rindu mereka...
Akhir-akhir
ini, aku lebih sering murung, berpikir, bimbang, gamang, dan hampir putus asa.
Hidupku mulai kompleks, sepertinya Tuhan menaikkan ku ke level yang lebih
tinggi. Tapi, rasa-rasanya aku hampir tak tahan, tapi ya aku tetap coba
menumbuhkan harapan.
Satu-satunya,
yang benar-benar membuatku bahagia, dan tidak dalam guratan senyum
kepura-puraan, ya apalagi kalau bukan teater J.
Di sini, aku gunakan nyawa sepenuhnya, dan ku tumbuhkan rasa yang hampir tiada,
bahagia. Tuhan, aku begitu bersyukur, di teater aku tak hanya sekadar hidup,
tetapi menikmati hidup.
Aku mulai
sadar, atmosfer di sini tak sama dengan tanah yang aku jejaki
sebelum-sebelumnya. Di sini, lebih gersang, minim kasih sayang, dan semakin ke
sini, matahari yang terik semakin membakar tubuh. Tuhan, sepertinya jika bapak
dan ibuku selama aku kuliah di sini, mereka membiayai hidupku, akan berat. Belum
dengan dua adikku yang sebentar lagi akan melanjutkan jenjang pendidikannya, ke
SMP dan SMA, pasti biaya akan membengkak.
Tuhan, aku
berdoa, lancarkanlah rezeki mereka, sehatkanlah mereka, lindungi mereka, dan
rawat mereka, layaknya mereka merawat anak-anaknya.
Tuhan, aku
juga terkadang berpikir, apakah aku ini tidak cocok hidup di Jakarta, atau ini
bagian dari “SEMAKIN TINGGI POHON, SEMAKIN KENCANG ANGIN BERTIUP.”
?
Tapi, aku juga
teringat ungkapan klasik, yang selalu membangkitkan harapan, “TAK ADA BADAI
YANG TAK REDA.”
Aku juga ingin, hubunganku
denganMu kembali membaik, aku tidak ingin sering-sering meninggalkanMu, aku
ingin dalam pelukMu, Tuhan...
Yah, aku tak
tahu bagaimana kisah hidupku selanjutnya, aku hanya berusaha menikmatinya. Meraih
mimpi itumemang memuakkan! Tapi, mungkin keadaan akan lebih buruk jika aku tak
bermimpi. Kalau pun pilihan saat ini yang aku jalani, adalah sebuah kesalahan,
biarkanlah, biarkanlah aku berjalan dalam pilihan yang salah, jika pilihan yang
salah ini mampu memberi pelajaran kehidupan.
Jakarta, Senin malam, 9
Desember 2013
23:42 sambil
mendengarkan hard rock fm
Di kosan sendirian.
Selamat pagi bang Jek.
BalasHapussaya Sapto Setyo Nugroho dari Ilmu Pemerintahan Undip Semarang, saat ini saya belajar mengenai ilmu tentang bernegara secara good governance, secara mutlak saya perlu belajar dari bang filsuf,sastrawan dan seniman dari Blado city ini, terlebih lagi di era sekarang ini secara substansial media sangat berpengaruh dan dapat dikatakan sebagai salah satu pilar demi tercapainya check and balance.
ini saja dulu bang, saya tunggu postingan berikutnya untuk saya kaji sbg referensi di kampus saya..hhe
terimakasih, semangat menulis! saya tunggu karya2 yg lain... :D
pagi bang sapto... haha... saya masih dangkal, belum ada apa-apanya, ya saya juga butuh pendapat-pendapatmu kalu begitu, soalnya saya juga ngasuh rubrik politik di majalah kampus, kebetulan baru, kemarin saya buat tulisan tentang BEM-U, di tulisan ke dua nanti saya coba buat tulisan tentang DPM-U. ya, seputar politik kampus lah, demokrasi kampus, hehe...
BalasHapus